Sabtu, 16 April 2011

Dialah,Ibuku

Ini adalah cerpen yang aku ikutkan dalam lomba cerpen di fakultas hukum kemaren. Sebenarnya agak sedih juga sih karena gak bisa masuk ke juara 3 besar (hikz...T_T). Tapi...gak apalah. Toh,ini bisa buat pengalaman (Semangat2...!)


Dialah,Ibuku

By: Chiho Yuki

            Laporan praktikum, tugas-tugas dari dosen, belum lagi tugas dari Rohis dan BEM yang menggunung. Arrgh! Ini benar-benar gila! Kapan sih ini semua bakalan berakhir? Aku benar-benar nggak betah dengan tugas-tugas ini. Mereka benar-benar menyiksaku. Apa lagi kalau harus mengerjakannya di siang hari dengan udara yang super panas seperti ini. Bisa-bisa kepalaku meledak kalau seperti ini terus.
            Aku terus-menerus mengumpat dalam hati. Kenapa tugas-tugas ini nggak ada habisnya. Padahal sudah aku cicil dari minggu kemarin. Tapi bukannya berkurang malah semakin menumpuk. Duh,sepertinya orang-orang sekarang ini benar-benar kejam deh! Masa’ cewek kayak aku harus ngerjakan tugas buanyak banget kayak gini.
            “Trriing...!”Hp ku berbunyi terus-menerus. Awalnya aku cuekin. Tapi lama-kelamaan menggangguku juga. Akhirnnya aku mengambil Hp ku dari dalam tas. Hu-uh! Ternyata ada SMS dari Doni. Ah...kali ini bakalan ada apa lagi sih? Soalnya Doni cuma mau SMS aku kalau dia butuh sesuatu.

            Esti,tlng buatkan proposal y buat acr Raker BEM 2 mnggu lagi.   

            Aduh...!Pliss deh,Don. Aku lagi banyak tugas nih. Kok enak aja nyuruh aku bikin proposal. Memangnya nggak ada orang selain aku apa yang bisa bikinin proposal buat Raker besok. Aku bilang sama Doni lewat SMS kalau aku nggak mau karena tugasku banyak banget. SMS itu segera ku kirim. Sambil menunggu balasan SMS dari Doni aku FB-an dan mengerjakan tugas pakai laptopku.
            “Aku heran deh,kok kamu bisa sih FB-an sambil ngerjain tugas?”Tanya Nesa.
            “Yah,bisa dong.Memangnya kamu nggak bisa ya ngerjain tugas sambil FB-an?
              Semua orang bisa kok kaya’gitu.”Jawabku.
            “Ah...nggak bisa,Ti. Ntar malah asik FB-an trus lupa sama tugasnya.”Kata Nesa.
            Hp ku tiba-tiba berbunyi lagi. Ternyata Doni sudah membalas SMS ku. Dia bilang kalau yang lainnya sudah sibuk dengan tugas BEM yang lain. Dan satu-satunya yang menurut dia nggak sibuk dengan tugas cuma aku. Setelah membaca SMS dari Doni rasanya aku langsung pengen melempar Hp ku. Huh! Memangnya dia pikir aku nggak sibuk apa. Udah tugas dari dosen dan laporan praktikum yang belum kelar juga,eh...dia malah nambahin tugas.

            Segera setelah itu,aku langsung mematikan laptopku. Kemudian memasukkannya ke dalam tas ranselku.
            “Lho?Kok udah beres-beres?”Tanya Nesa lagi.
            “Aku capek,Nes. Mau pulang. Daah....”Jawabku.
            “Oh ya udah. Hati-hati di jalan ya....”Kata Nesa.
            +                                                       +                                                         +
            Sebenarnya aku bukannya mau pulang ke rumah. Tapi mau ke bukit yang ada di belakang kampus. Aku sering ke sana terutama kalau habis kuliah. Disini pemandangannya bagus dan bisa membuat pikiranku tenang sejenak. Yeah,setidaknya itu lebih baik daripada kepala ini panas terus mikirin tugas yang nggak pernah ada habisnya. Belum lagi menghadapi dosen atau temen-temen yang agak menyebalkan buatku.
            +                                                       +                                                         +
            Jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 15.00. Kudengar suara azan berkumandang dari masjid kampus. Aku akhirnya memilih pulang daripada disini terus melamun yang nggak jelas. Duh,hari ini Ibuku bilang jangan pulang lebih dari jam 15.30. Semoga aku sampai dirumah tepat waktu meskipun itu agak mustahil karena jarak tempatku berada dengan rumahku bisa dibilang jauh.
            Aku berusaha pulang dengan cepat menaiki sepeda motorku. Tapi tiba-tiba di tengah jalan macet agak lama. Dan akhirnya,aku sampai di rumah pukul 15.45. Duh,rasanya malas masuk ke dalam rumah kalau kaya’ gini. Nanti apa kata Ibu kalau pulang jam segini. Tapi aku memberanikan diri untuk masuk. Kulihat seorang wanita paruh baya sedang menyapu ruang tamu. Diam-diam aku masuk ke dalam rumah.
            “Hayo,Esti! Kamu masuk ke rumah kok nggak ngucapin salam.”Kata Wanita itu.
            “Iya,deh. Assalamualaikum....”Kataku.
            “Wa’alaikumsalam...nah begitu.”Kata Wanita itu. “Ibu sudah tahu kalau kamu pulang
              telat.Apa ada rapat BEM lagi,nduk?”Lanjutnya,kemudian menyandarkan sapu di
              dinding.
            “Eh,nggak kok Bu. Esti ada banyak tugas. Makanya tadi di kampus Esti ngerjain tugas
              dulu.”Kataku.
            Wanita itu hanya diam saja. Beliau terus melihatku tanpa berkata sepatah katapun.Kemudian....
            “Kamu kenapa? Kok kaya’nya cemberut terus?”Tanya Wanita itu lagi.
            Aku hanya diam saja. Aku nggak mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tentang tugas-tugas yang bikin kepalaku mau meledak. Tapi lama-kelamaan aku nggak tahan juga. Akhirnya aku ceritakan semuanya padanya. Mendengar ceritaku,beliau malah tersenyum.
            “Kok ibu malah tersenyum sih?!”Protesku.
            “Esti,dulu Ibu juga pernah mengalami seperti itu. Bahkan lebih berat dari apa yang
              Kamu alami sekarang.”Kata Wanita itu.
            Kemudian beliau bercerita panjang lebar tentang dulu ketika masih kuliah. Dulu beliau juga sama sepertiku. Sering mengeluh karena harus mengerjakan skripsi sambil mengasuhku. Karena Ibuku menikah dulu ketika masih proses menyelesaikan skripsi. Awalnya sempat putus asa karena merasa tidak kuat lagi untuk menjalani itu semua. Ayahku memberinya semangat agar jangan menyerah. Dan akhirnya beliau menjadi semangat kembali.
            “Dan...kamu tahu,Esti.Itu semua adalah perjuangan Ibu agar bisa lulus. Meskipun
              harus mengasuhmu,mengerjakan pekerjaan rumah tangga,sekaligus menyelesaikan
              skripsi.”Cerita Ibu.
            Aku hanya diam dan tidak menanggapi cerita beliau. Aku melihatnya dengan mata berkaca-kaca. Ternyata apa yang aku alami belumlah seberapa. Justru lebih berat apa yang telah dialami oleh beliau.
            “Esti,Ibu tahu kamu merasa berat dengan tugas-tugas yang ada. Tapi satu hal yang
              harus kamu ingat. Jangan pernah merasa putus asa. Teruslah berjuang agar bisa
              mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Karena toh tugas-tugas itu ada untuk
              melatih kedisipilinanmu.”Kata Wanita itu.
            “Oke,Bu.”Kataku sambil mengedipkan salah satu mataku.
            “Ya sudah,sekarang kamu mandi sana. Jangan lupa solat Asar.”Kata Wanita itu lagi.
            Aku segera berjalan menuju ke kamar. Kulihat wanita paruh baya itu melanjutkan menyapu ruang tamu. Aku memandangnya agak lama.Hmm...ternyata apa yang aku alami belumlah seberapa jika dibandingkan dengan apa yang beliau alami. Aku benar-benar bangga memiliki seseorang seperti beliau. Dialah,Ibuku.
           
SELESAI
           Cerpen ini juga bisa dilihat di : www.penulisgila.co.cc  

Tidak ada komentar: