Selasa, 26 April 2011

IMAJINASI; Pedang Bermata Dua

 By:  Adisaputra Nazhar
Imagination is the preview of life’s coming attractions. – Imajinasi adalah gambaran kehidupan yang akan datang.” Albert Einstein.
Benar, tidak mengada-ada jika peradaban suatu bangsa ditentukan oleh kemajuan sastra, bukan sains. Ilmuwan besar sekaliber Albert Einstein pun mengakuinya, bahwa dunia "khayalan" itu yang menginspirasi penemuan-penemuan besar para Ilmuwan. Jika saja Wright Brother tidak terinspirasi oleh kisah-kisah mitos manusia bisa terbang, tidak akan ada pesawat terbang sekarang ini. Adakah inspirasi itu datang tidak dari imajinasi?
Sastra adalah pondasi peradaban, pembangunan karakter bangsa adalah peran  sastra. Indeks pembangunan manusia selalu berpatokan kepada budaya membaca. Ini yang kurang disadari oleh Indonesia. 
 Bangsa ini bangga bila ada warga negaranya pulang dari menuntut ilmu di luar negeri dengan membawa gelar Doktor sains, ia diagung-agungkan seolah harapan untuk kemajuan Indonesia ada dipundaknya. Tetapi apa yang terjadi selanjutnya, sang Doktor hanya jadi Ilmuwan yang "miskin" karya, karena di negara ini tidak ada IMAJINASI yang bisa mengolah ilmu pengetahuan sang Doktor.  Mungkin para Ilmuwan di Indonesia bingung harus berbuat apa, tidak ada yang menginspirasinya, tidak ada pula orang-orang yang berbicara tentang masa depan, imajinasi kehidupan Indonesia kedepannya tidak ada punya gambaran jelas.
Jadilah Sang Doktor tadi ketika diminta oleh Bangsa lain yang bisa berimajinasi tinggi untuk menyelesaikan proyek masa depan mereka dengan sains para Ilmuwan. Mega proyek ini bernama; "mewujudkan teknologi karya sastra yang belum ada, demi masa depan yang cerah."
Imajinasi selain membangun peradaban, imajinasi juga bisa tonggak merusak moral. Menghancurkan sendi-sendi adat istiadat dan etika di masyarakat. Imajinasi kotor yang merangsek melalui pemikiran pemikiran negatif yang akan mengendap dialam bawah sadar manusia
.
"sesungguhnya, sebagian dari prasangka itu adalah dosa". (QS:49:12)
 
Allah melarang umatnya untuk su'udzon, karena berprasangka negatif akan menghasilkan imajinasi yang negatif. Otak manusia berpikir 60.000 kali setiap hari dan 2.000.000 informasi perdetik yang bisa ditangkap. Imajinasi negatif pasti akan ada, dan itu tidak bisa kita hindari tetapi jagalah agar Imajinasi-imajinasi negatif itu tidak berubah menjadi fantasi-fantasi kotor yang bisa merusak, baik diri, keluarga maupun lingkungan.
Saat dulu heboh masalah majalah "Play Boy Indonesia", ada seorang ulama yang mengatakan; "Menghancurkan Indonesia tidak dengan menghina Nabinya, karena orang yang tidak sholat pun pasti akan marah, tetapi mereka menghancurkan dengan cara memasarkan pornografi di negara muslim terbesar di dunia ini."
Pornografi, pornoaksi dan segala bentuk ragam cabul apapun kemasannya akan merusak pemikiran generasi muda dengan selalu menghadirkan imajinasi kotor di otaknya. Jika Imanjinasi itu berlanjut menjadi fantasi, maka "karya"nya adalah free seks, pemerkosaan, hubungan diluar nikah dan lain-lain.
ini adalah efek lain dari Imajinasi yang tidak terkontrol, menjadikan  manusia selalu dikontrol oleh fantasi-fantasi dalam setiap gerak tubuhnya. Sekarang bisa dilihat, manakah yang dominan di generasi muda ini, sastra atau pornografi?
Pemerintah telah melarang pornografi, karena orang-orang yang pro dengan pelarangan ini adalah mereka yang dapat membayangkan nasib bangsa ini kedepan bila imajinasi negatif terus dicekoki dibenak kawula mudanya.

sesungguhnya sastra telah memberikan jalan untuk berimajinasi yang positif dan produktif, dengan sastra para kaum muda lebih mudah untuk diajak berpikir tentang masa depannya karena masing-masing bisa membayangkan masa depannya. Ketahuilah hubungan sebab dan akibat itu erat berkaitan dengan sastra dalam merangkai cerita.
Cintailah sastra agar dua mata pedang itu semua dibisa kita tebaskan kearah "musuh".


Nasihat Amirul Mukminin Umar bin Khaththab ra.
"Ajarkan anakmu sastra, maka ia akan merubah anak yang pengecut menjadi pemberani".

wallahu'alam bish shawab.


artiekel ini bisa dilihat juga di: http://adisaputranazhar.blogspot.com/2011/04/imajinasi-pedang-bermata-dua.html

Rabu, 20 April 2011

Jangan Remehkan Seorang Penulis

By: Chiho Yuki
“Ah,ngapain jadi penulis! Penghasilannya dikit! Males ah!”
                Kata-kata inilah yang sering dilontarkan orang-orang. Padahal guys penulis tuh nggak seperti itu. Contohnya aja nih kaya’ JK.Rowling  yang menulis novel Harry Potter. Novelnya laris manis bak kacang atom,baik itu di negaranya sendiri maupun di negara lain termasuk di Indonesia dan terus menerus dicetak ulang. Hasilnya? Dia mendadak jadi kaya hanya gara-gara menulis novel. Masih nggak percaya? Oke,dah contohnya lagi nih Habiburrahman El-Shirazy yang mendapat royalti sebesar lebih dari 1,8 Miliyar dari hasil penjualan novel Ayat-Ayat Cinta yang. Itu belum termasuk royalty untuk film-nya. Gile bener...!!
            “Kalo soal biar dapet duit banyak mah,gampang. Nggak perlu jadi penulis.
              Jadi direktur aja juga bisa kok.”
            Hmm...ya memang sih bisa. Tapi tau nggak guys kalo jadi direktur tuh ada batasannya. Nggak mungkin kan jadi direktur terus seumur hidup. Suatu saat pasti pensiun. Kalo udah pensiun kan nggak bakalan dapet duit banyak lagi (kecuali kalo pas pensiun berwirausaha yang bisa menghasilkan duit banyak hehehe...). Selain itu nggak bakalan deh ada orang bakalan mengingat-ingat nama kita kalo udah pensiun. Kalo jadi penulis? Nah,beda lagi nih. Jadi penulis tuh nggak bakalan ada batasannya. Mau masih SD atau udah jadi kakek-nenek tetep bisa. Intinya nggak ada batasan umur dah. Dan...orang biasanya akan terus mengingat nama penulis. Nggak peduli itu udah 100 tahun yang lalu ataukah baru satu tahun yang lalu.
            “Ye...kan Cuma gitu doank. Lagipula,jadi penulis itu cuma berkhayal. Nggak ada
              apa-apanya dibandingkan dengan Ilmuwan yang bisa menciptakan sesuatu en
membuat kemajuan.”
            Haduh...siapa bilang sih yang bilang kaya’ gitu?! Itu pasti yang bilang orang nggak bener tuh. Para ilmuwan bisa menemukan penemuan baru tuh justru terinspirasi dari penulis. Nah...masih pada nggak percaya kan? Nih,aku kasih contohnya. Ada yang tau Jules Verne? Dia adalah penulis novel-novel science fiction seperti : Perjalanan ke Bulan, Around the world in 80 days, dan 20.000 mil dibawah laut. Tau nggak guys,waktu novel-novel itu dibuat orang-orang merasa apa yang dituliskan di novel itu mustahil diterapkan dalam dunia nyata. Tapi,apa yang terjadi setelah bertahun-tahun. Apa yang dituliskan oleh Jules Verne menjadi nyata! Seperti novel Around The World in 80 days(novel ini juga bahkan sudah dibuat menjadi film. Dibintangi oleh Jackie Chan), yang ternyata menginspirasi para Ilmuwan untuk membuat alat transportasi yang bernama Kereta Api. Masih nggak percaya lagi? Nih, ada contohnya lagi. Ada sebuah novel yang berjudul Brave New World karya Aldus Huxley. Di dalam novel ini diceritakan bahwa manusia bukan lagi “dilahirkan”. Tetapi di “produksi” secara massal sesuai dengan kebutuhan. Embrio-embrio di bibitkan di Central London Hatchery and Conditioning Centre. Dan apa yang terjadi setelah 56 tahun novel itu dibuat? Pada tahun 1988 bayi tabung kedua lahir di Indonesia!
  Ternyata mereka juga membawa perubahan yang besar buat kita.”
            Tuh,kan. Makanya aku bilang sejak awal. Jangan remehkan seorang penulis. Dan untuk kalian para penulis,jangan merasa minder menjadi penulis. Keep Spirit!!

IMAJINASI DALAM KEHIDUPAN DIRI


Semua berawal dari imajinasi.


Inilah Indonesia, seratus tahun yang lalu tidak ada yang MENYADARI akan potensinya?

Memang, seratus tahun yang lalu orang-orang berpendidikan sangat jarang di negeri ini. Kegiatan baca-tulis sesuatu hal yang langka ditengah kebodohan bangsa yang selama 350 tahun dijajah. Jika sampai sekarang ini, 2011 artinya 66 tahun Indonesia merdeka, belum ada yang bisa menyadari potensi Indonesia sekarang dan masa yang akan datang, belum ada yang dapat membayangkan Indonesia kedepan seperti apa dan tidak seorangpun yang bisa merencanakan untuk hari esok. Inilah tanda dari matinya IMAJINASI.

Matinya imajinasi menjadi jalan suram nasib bangsa kedepan. Benar, itulah yang banyak dikhawatirkan oleh para budayawan Indonesia. peralihan budaya baca-tulis menjadi budaya audio-visual kian menggerus minat baca para kalangan. Budaya belanja buku digantikan oleh shopping di mall, budaya peran aktif dalam bedah buku makin tak terlihat minat para pemuda karena lebih senang datang ke konser-konser musik. Ini masalah, namun sedikit orang yang menyadari karena matinya imajinasi.

Sejarah selalu berubah, demikian pula budaya akan bergeser. Ketika dahulu bangsa ini diperjuangkan oleh tetesan darah para pahlawan, jika Indonesia merdeka yang ada dibenak mereka dapat membayangkan nasib Indonesia yang lebih baik tanpa penjajahan. MERDEKA!

Film, inilah salah satu yang ikut menggerus imajinasi. Bayangkan, tidak akan kita temui perintah untuk berimajinasi saat disuguhkan sebuah film, semua praktis ada didepan mata tinggal dinikmati, instan sekali bukan? tanpa susah payah memeras otak, memusingkan kepala hanya sekedar memvisualisasikan sebuah objek dalam benak, semua sudah tersaji indah. namun tak seindah yang dibayangkan. Imajinasi lebih indah daripada gambar visual nyata seindah apapun, semenarik apapun, karena ia bebas melanglang buana tanpa batas. Inilah kekuatan Imajinasi, apa banyak orang sadar akan potensinya? 

Berbagai perangkat budaya audio visual semua mengekang imajinasi, kemampuan daya pikir otak ini berkurang. Buatlah sebuah perbandingan, jika kita menonton film selama 2 jam selesai, namun apa yang terjadi jika waktu dua jam itu digunakan untuk membaca sebuah novel, rata-rata kemamuan baca seseorang dalam 2 jam hanya dapat meraup 120 halaman. 120 halaman itu mungkin hanya sepertiga dari keseluruhan cerita, belum selesai. KENAPA? inilah imajinasi. Beda antara penonton dan pembaca adalah para penonton hanya menggunakan indera penglihatan dan pendengaran saja dan juga tidak dituntut berimajinasi sama sekali, sedangkan para pembaca ia menggunakan seluruh pancaindera untuk menangkap deskripsi yang ia baca, dari deskripsi tertulis itu muncullah Imajinasi.

Saat masih bocah ingusan, saya ingat kerika itu yang saya gemari adalah membaca cerita bergambar. Pokoknya kalau ada gambarnya saya senang. Mengapa? ini karena saat usia-usia seperti itu daya imajinasi kita masih lemah, belum terasah maka harus dirangsang dengan ilustrasi-ilustrasi cerita bergambar. Sekarang pertanyaannya, apa yang membedakan antara daya pikir seorang bocah dan daya pikir orang dewasa? jawabnya sederhana saja IMAJINASI.

Suatu saat nanti akan kita temui budaya turunan dari budaya audio-visual ini, yaitu budaya PRAGMATISME. Budaya ini mengajarkan kita pada kepraktisan, semua dinilai harus praktis, tidak ada ruang untuk berpikir dan berimajinasi kedepannya seperti apa. Ya, tanda-tanda itu telah nyata, sudah banyak contohnya namun belum bisa bangsa ini disebut bangsa yang pragmatisme. Masih ada waktu, dan kapal ini belum karam. Sebelum badai datang, mari kita berupaya membelokkan arah angin.


By: adisa

Tulisan ini bisa dilihat di : www.adisaputranazhar.blogspot.com

Selasa, 19 April 2011

Nyanyian Hujan

By: Chiho Yuki
   
Ketika hujan turun ke Bumi
Dia menyanyikan senandungnya
Senandung yang bercerita tentang kisah hidup Q
Baik suka maupun duka
Hujan turun ketika...
Aku Bahagia
Hujan turun ketika...
Aku menangis
Hujan Turun ketika...
Aku marah
Dan hujan turun ketika...
Aku kesepian
Semua itu hujan nyanyikan dalam nada yang sederhana
Bunyi "Tik-tik"nya yang teratur menjadikannya suatu simfoni yang indah
Meskipun sederhana.....
Bahkan mengalahkan orkestra yang selalu muncul di panggung
Hujan.......
Aku cinta padamu

MATI BERKARYA?


 Oleh: Adisaputra Nazhar

Dalam berkarya, ini adalah permasalahan klasik yang tidak ada ujung pangkalnya, apa lagi untuk penulis pemula, inspirasi adalah problema. Sebernarnya insprirasi itu bisa juga diubah menjadi dinamika yang selalu bergerak bebas tanpa tersekat ruang gerak imajinasi yang berlanjut ke fantasi-fantasi yang tidak batasnya.

Apa sich inspirasi? datang dari manakah beliau itu.

Jika melihat arah panah dari segitiga imajinasi -  fantasi - inspirasi dan berlanjut ke karya, jelas inspirasi datang dari fantasi dan karya, inspirasi menghasilkan imajinasi dan juga karya. Mengapa demikian? ini penjelasannnya.

Imajinasi menurut kamus adalah khayalan, angan-angan. Fantasi adalah ilusi, khayalan yang aneh. Inspirasi adalah ilham, sesuatu yang menggerakkan hati untuk mencipta.

Imajinasi masih berupa angan-angan kosong, ia datang sambil lalu dibenak seseorang, biasanya ini hanyalah khayalan sesaat yang tidak memberikan arti sama sekali. Jika khayalan ini berlanjut, disana ada peran otak dalam proses berpikir terkait sebab dan akibatnya, maka ini sudah masuk ketataran fantasi. Imajinasi dan fantasi adalah dua kakak beradik yang satu sekolah namun beda kelas.

Dimanakah karya itu berada?

Karya tercipta dari dari sebuah fantasi dan inspirasi. perhatikan dua anak panah yang menuju ke KARYA. anak panah dari fantasi hanya satu arah, sedangkan dari inspirasi ada dua arah panah bolak-balik. Ini adalah pembeda pada proses sebuah sastra otentik dan sastra pembanding. Secara garis besar sebuah karya yang otentik itu diciptakan dari Fantasi, tidak lewat inspirasi, tetapi bisa saja diawali oleh sebuah inspirasi - imajinasi - fantasi dan kemudian bermuara di karya.

Sastra pembanding ini lahir dari inspirasi, hanya inspirasi. Ide dan jalan ceritanya diambil dari karya sasta serupa lalu berlanut menjadi karya sastra. Prosesnya seperti ini, karya - inspirasi - karya.

Banyak contoh yang menunjukkan gelagat seperti ini, alasannya cuma karena tuntutan industri jadi murni bukan dari proses berpikir hingga berfantasi oleh cerita yang dibuat. contoh: saat novel GAJAH MADA laris manis di pasaran, maka tumbuhlah semakin banyak novel sejarah yang serupa, jika kita perhatikan karya sastra pembanding itu murni pyur melayani pasar, tidak ada idealisme disana karen tidak melalui proses 'fantasi'.

Saat novel AYAT-AYAT CINTA meledak dipasaran, maka muncul pula novel serupa bak 'cendawan dimusim penghujan'. Ide ceritanya hampir sama, demikian pula dengan judul hampir persis sama, Langit-Langit Cinta, Sabda-Sabda Cinta dll. Ceritanya sama karena terinpirasi, sama halnya seperti cerita CINDERELLA dan legenda rakyat BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH, seperti itulah tetapi kalau kasus ini belum ada yang bisa membuktikan siapa menginspirasi siapa.

Karya itu berasal dari inspirasi dan fantasi, jika ingin berkarya! Karya yang mana yang akan ditulis? sekarang tinggal mengikuti alur seperti diatas, tidak ada alasan untuk tidak punya inspirasi karena inspirasi ada dimana-mana. Jiwa seni kita dituntut untuk menjemput inspirasi itu sendiri.

Tulisan ini juga bisa dilihat di: adisaputranazhar.blogspot.com

Minggu, 17 April 2011

The Hero Journey : Perjalanan Menemukan Diri


postingan kali ini berdasarkan pertemuan mingguan FLP Tembalang, Sabtu, 16 April 2011.
sebenarnya sih aku gak terlalu ngerti kenapa judulnya The Hero Journey : Perjalanan Menemukan Diri. hehe... tapi tak jadi masalah bagi kawan-kawan pembaca bukan? :)) yang penting ilmunya ya gak? *ting-ting
sebelum kita memulai pada bahasan yang sebenarnya, ketua kita, Kak Adisaputra Nazhar mengajak kita untuk berbincang-bincang dulu mengenai 'kenapa sastra dijadikan yang utama dalam suatu peradaban, bukannya sains?' celetuklah aku menjawab, "ya soalnya kan sains, teknologi, dan ilmu pengetahuan yang lain-lainnya berasal dari satu sumber, yaitu Al-Quran, nah Al-Quran itu kan pemberian Allah SWT, juga merupakan sastra yang terdahsyat dari sastra-sastra yang lain, yang tiada tandingannya. so, ya begitulah jadinya kenapa sastra merupakan yang utama dalam peradaban. hehe." *nyengir kuda asli deh aku.. terusnya kak Adi berkata, "ya itu sih pernyataan subjektif, gak objektif." ternyata begini yang benar teman-temaaaaann......
coba deh kalian pikirkan... apa sih kerjaan para filsuf dahulu? berfikir kan? nah, dari pikiran-pikirannya itu muncullah ide-ide, gagasan, filosofi. tanpa kita sadari, proses seperti itu adalah termasuk ke dalam sastra. filsafat, mitos, legenda, cerita rakyat, itu semua juga termasuk sastra. contohnya nih, mitos... jika dahulu tidak ada mitos dan tidak ada pemikiran manusia yang lebih lanjut, sains dan teknologi yang sekarang serba canggih tidak akan pernah ada. dari ketidakpuasan manusia terhadap mitos tersebut, maka muncullah sains dan teman-temannya. sekarang kita berkaca dulu deh pada jaman penjajahan dulu. lewat apa sih perlawanan para pahlawan dulu selain lewat perang secara nyata?? jawabannya yaitu lewat sastra. seperti kakek Pramoedya Ananta Toer, Chairil Anwar, dll. mereka menulis dalam kurungan. mereka mengeluarkan perlawanan mereka lewat tulisan. dan dahsyatnya lagi, lewat sastra, sebuah bangsa bisa merekam sejarahnya. bangsa yang baik itu adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarahnya kan! bayangkan saja apa jadinya jika kita sebagai putra-putri bangsa tidak mengetahui sedikit pun tentang sejarah bangsanya.. malu deh yang ada....

let's continue reading this!

--->> Cerita
mengapa cerita? siapa bilang cerita itu gak penting? *emang siapa yang bilang sih? hhoohoo
cerita itu sangat penting kawan.. buktinya aja nih, setiap saat kita pasti akan bertemu dengan yang namanya cerita. kita juga gak bisa menghindari kegiatan bercerita ini.
let's we see...
~ kitab suci agama-agama isinya dominan cerita (buktiin aja kalau gak percaya!)
~ buku-buku yang laris terjual kebanyakan buku fiksi. nah, fiksi itu kan isinya cerita.. bandingkan aja sama buku nonfiksi, pasti kebanyakan orang lebih suka sama buku fiksi soalnya dalam fiksi kita dapat ilmu dari cerita, bukan dari dikte atau bahasa ilmiah dll. bawaannya jadi lebih ringan jika kemasannya fiksi. :)
~ waktu yang banyak dikonsumsi oleh kita-kita juga isinya pasti cerita. seperti gosip, ngerumpi, ngobrol, curhat, dll.
~ film, teater, ludruk, ketoprak, lenong, topeng dan sebagainya, isinya cerita juga kaaann....  juga salah satu alasan kenapa kita suka atau ingin menonton itu karena ada ceritanya kan.. baik itu cerita yang mengharu-biru, menegangkan, manakutkan, dll.
-->> manfaat cerita: Sandi Wara. sandi itu artinya Rahasia, sedangkan wara berarti Pembelajaran. so, secara sederhana, manfaat cerita adalah proses pembelajaran mengenai suatu rahasia (hal yang belum diketahui oleh orang lain, yang ingin dibagikan kepada orang lain).
-->> struktur dasar cerita: suatu ketika - lalu suatu hari - oleh karena itu - klimaks - resolusi - pesan cerita - perubahan kehidupan para tokoh. bisa teman-teman perhatikan dalam sebuah karya sastra (cerpen, novel, roman, dll)
eh iyaa.... tak lupa juga dalam sebuah cerita, HUMOR itu perluuu.... penting malah deh. :D dimaksudkan agar pendengar atau bahkan pembawanya sendiri tidak jenuh/bosan.

--->> Metaphore (metafora), Simile, Analogi
__ Metaphore : gaya bahasa yang menggunakan satu hal untuk mengartikan hal lain dan membuat perbandingan antara keduanya. contoh: 'dunia ini panggung sandiwara'. metaphore menghubungkan bentuk X dan Y, sehingga X=Y.
__ Simile (perbandingan terbuka) : bentuk metaphore yang membandingkan dua hal berbeda untuk menciptakan makna baru, menggunakan kata 'seperti' atau 'bak' dalam sebuah kalimat dan lebih jelas dibandingkan metaphore. contoh 'dunia seperti panggung sandiwara'.
__ Analogi : lebih rumit. pada tingkat sederhana, analogi menunjukkan kesamaan antara beberapa hal yang sebenarnya berbeda, lebih seperti perluasan metaphore atau simile. rumusnya: A:B=C:D, artinya bentuk A adalah B sama dengan bentuk C adalah D. 
-->> manfaat metaphore:
1. perubahan dasar diawali metaphore
2. memanfaatkan yang dikenal untuk memasuki hal yang baru
3. membawa pengalaman baru
4. memperbesar, memperkecil, reframe
-->> apa saja sih metaphore itu?? taraaa.....yaitu anekdot, problem oriented, dan goal oriented. ada juga peribahasa, puisi, lagu, teka-teki dan lelucon.
nah, perlu diketahui, perubahan melalui metaphore itu bukannya perubahan alur cerita, isi atau hasil akhir cerita, tetapiiii.... perubahannya itu adalah hasil dari menarik dan menghubungkan pengalaman, dari scene awal hingga akhir.
-->> yang perlu diwaspadai dari metaphore ini.... metaphore merupakan kesimpulan alam bawah sadar kita terhadap suatu cerita. kalau alurnya kan jelas lah kita sadar betul awalnya seperti apa, tengahnya seperti apa, dan akhirnya bagaimana.. sedangkan metaphore itu kita gak sadar looh..... ayo ngerti gak? hehe. salah-salah menerjemahkan atau menyimpulkan metaphore, secara gak langsung, lambat-laun pasti akan mempengaruhi kita walaupun tidak secara drastis. makanya kita kudu cerdas menyaring segala apa yang kita lihat dan kita dengar. metaphore ini bagaikan dua sisi mata pisau. bisa digunakan untuk kebaikan/hal yang bermanfaat, dan bisa digunakan untuk kejahatan juga looohh... tergantung siapa penyampainya. hati-hati dengan metaphore...^^
-->> kita harus memperhatikan beberapa hal sebelum menyiapkan metaphore. yang pertama dan yang paling utama pastinya judul lah yaa... lalu pendengar, pembukaan, pengembangan hingga penutupnya.

setelah muter-muter ke sana ke mari, akhirnya aku menemukan bahasan yang sesuai dengan judul postingan ini. hehe
--->> Perjalanan Hero
 there are.... the ordinary world - a call to adventure - refused of the call - meeting the mentor - crossing the first treshold - tests, allies and enemies - approach to the inmost cave - the supreme ordeal - reward for seizing the sword - the road back - resurrection - return with the elixir. ;))
amati deh setiap cerita baik film, novel or whatever that, yang mengangkat cerita tentang perjalanan hero, pasti selallluuuu seperti di atas itu alurnya.. contohnya di Indonesia punya Wiro Sableng, atau kalau di luar ada Harry Potter, Spiderman, Superman, dll. so, kalau kita ingin membuat cerita heroik, patut dipelajari nih.. :)

sekian saja dari Syifa... semoga bermanfaat bagi kawan-kawan pembaca... semoga kalian tidak puas dengan postingan ini, sehingga kalian bisa menggali ilmunya lebih dalam lagi, dan tentunya menelurkan pemahaman yang lebih luas. ^^

by. sii Famysa love banget sastra

Guruku Tidak Pernah Sekolah

Sebuah cerpen bertema inspiring woman, peraih juara harapan I dalam rangka Ladies Day di Fakultas Hukum Undip.
  
Dialah guru pertamaku, Ibu Ane Widiastuti. Dia bukan guruku di bangku sekolah, bukan pula guru di tempat les atau semacamnya. Lucu nian aku. Bagaimana mungkin aku bisa berkata mengenai tempat les, sedangkan jaman dulu kan belum ada tempat les-lesan apapun. Seandainya saja Tuhan mengizinkanku untuk mengingat kembali masa itu, ah... sungguh kagum aku padanya.
“Bu, aku juga ingin sekolah. Kenapa hanya si akang  saja yang boleh sekolah sedangkan aku tidak?” rengek Bu Ane dahulu pada ibunya.
Ibunya menjawab, “Tak usah anak perempuan sekolah. Sudah cukup kau bantu-bantu ibumu ini saja di sawah dan mengurus adik-adikmu yang banyak itu. Percuma jika kau sekolah, Ne. Perempuan jika sudah bersuami kelak ujung-ujung pasti kembali ke dapur. Mengerti kamu, Ne?!”
“Ane ingin sekolah juga, Bu. Ane ingin menjadi anak pintar.”
“Tidak perlu,” ketus ibunya.
Bu Ane tertunduk lesu seketika. Wajahnya cukup untuk memperlihatkan bahwa dia sungguh kecewa sedalam-dalamnya. Mungkin hal serupa akan terjadi pula padaku jika aku hidup di jaman Bu Ane. Beruntung aku adalah generasi penerus dari Bu Ane, bukan dari ibunya Bu Ane yang merupakan nenekku.
Entah apa yang akan dilakukan Bu Ane pagi itu. Dia berjingkat mengikuti akangnya pergi. Ternyata tujuan akhirnya adalah di SD Muhammadiyah. Diam-diam Bu Ane mengintip dari balik jendela kelas. Matanya tak pernah lepas dari papan tulis dan penjelasan sang guru. Bu Ane mengikuti apa yang diajarkan sang guru. Dia berbicara seorang diri, dia kadang tersenyum gembira, kadang terlihat seperti orang bingung, begitulah yang dia lakukan di balik jendela kelas yang lumayan tinggi untuk anak umur tujuh tahun.
Mengintip si akang sekolah rupanya telah menjadi rutinitas Bu Ane. Hingga akhirnya membuahkan hasil. Bu Ane sekarang sudah bisa membaca dan menulis. Namun ada satu pelajaran yang selalu membuat Bu Ane penasaran. Menghitung. Saking penasarannya, setiap angka yang dilihat oleh Bu Ane bisa saja menarik perhatiannya untuk dihitung-hitung. Mulai dari penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, hingga bentuk-bentuk rumit lainnya dia operasikan sendiri.
Kutukan nenekku terhadap Bu Ane ternyata memang menjadi kenyataan. Kini Bu Ane hanyalah seorang wanita yang tak lebih dari seorang pelayan bagi suami dan baby sitter bagi anak-anaknya.
Teh, lihat ini. Aku tak mengerti soal yang ini, Teh. Bantu aku mengerjakannya dong,” rengek Siti, adikku yang paling bungsu kepadaku.
“Itu tugasmu dan itu urusanmu. Selesaikan semuanya sendiri,” Gertakku. Kupikir adikku tidak bisa melihat situasi dan kondisi. Sudah tentu dia pasti tahu bahwa aku juga sedang pusing mengerjakan tugas sekolahku. Kenapa mesti ditambah pusing dengan tugasnya. Aku kesal.
Namun kulihat kemudian apa yang dilakukan ibuku. Dia malah merapek Siti bahkan menghampirinya.
“Siti, sini biar Ibu yang mengajarkanmu menjawab soal itu.”
Aaahh ibuku memang bisa saja. Walaupun aku tak suka dengan pembelaannya terhadap Siti, tetapi kuakui ibuku memang bukan hanya sekedar cerdas, dia pun bijak dalam bertindak.
Aku masuk ke kamar. Entah itu karena marah pada Siti, atau karena malu ternyata ada malaikat cantik yang membela Siti. Tanpa kusadari, di balik pintu kamar aku melakukan kebiasaan ibuku dahulu. Ya! Mengintip. Kuintip Siti dan ibuku. Kulihat Siti tersenyum berbunga-bunga karena dia akhirnya bisa memecahkan soal matematika dari gurunya. Aku heran mengapa ibuku bisa sepandai itu. Aku saja mungkin perlu membuka-buka buku dulu untuk memecahkannya. Hmmm......
Seperti biasa, setiap pagi ibu tak pernah absen membuatkan sarapan untukku dan kedua adikku sebelum kami berangkat sekolah. Ibu tahu bahwa hari ini adalah hari penentuan untukku. Aku harus memilih salah satu Perguruan Tinggi Negeri atau aku tidak akan memiliki kesempatan mengetuk pintu Perguruan Tinggi Negeri lagi, setidaknya untuk tahun ini. Ibu membiarkan adik-adikku berangkat duluan, sedangkan aku ditahannya.
“Mau memilih sekolah mana Kau, Na?”
“Tidak, Bu. Hana mau kerja saja. Hana jadi TKW ke Arab saja ya, Bu. Gajinya besar, Bu. Pasti cukup deh untuk membiayai hidup Siti dan Osan ke depan,” jawabku dengan penuh semangat.
“Ibu tidak melihat kejujuran dari matamu, Na. Jujurlah Kau, Na. Ibu tahu Kau sangat ingin menggantikan peran Bapakmu yang telah tiada. Tapi sungguh Ibu tahu bahwa kau ingin menjadi seorang guru.”
“Tidak, Bu,” aku memaksakan diri untuk tetap tersenyum walaupun dalam hati ingin menangis.
“Pilihlah salah satu, Na. Kalau Kau bingung minta usulan pada gurumu. Jangan Kau tanya usulan Ibu karena Ibu tidak mengerti. Ibu janji Ibu pasti akan membiayai sekolah anak-anak Ibu walaupun entah untuk biaya makan sehari-hari akan Ibu dapatkan dari mana. Pergilah, Na.”
Ibu membuat hatiku remuk-redam. Aku sangat bingung, entah apa yang akan kuisi di atas selembar formulir ini. Tiba-tiba wali kelas yang sedang mondar-mandir menghampiriku.
“Hana kenapa kamu diam saja? Ayo cepat isi formulirnya. Atau apakah kamu sedang kebingungan, Na?”
“Iya, Bu,” jawabku tak bersemangat.
Dan sepertinya Ibu Wali Kelas tidak memedulikan ekspresi wajahku. Dia lantas berkata, “Menurut Ibu, Hana berbakat di bidang bahasa. Nilai rapormu catur wulan kemarin juga yang tertinggi adalah nilai bahasa Indonesia. Bagaimana jika kamu ke IKIP saja, ambil jurusan bahasa Indonesia.”
Aku menurut saja pada usulan wali kelas. Tanpa pikir panjang lagi kutulis dengan huruf besar, HANA ROHANA, IKIP BANDUNG, JURUSAN BAHASA INDONESIA.
Langsung kulupakan apa yang kutulis barusan. Aku tidak terlalu berharap akan hal itu. Aku menyadari bahwa aku tidak akan mampu. Andai ibuku mengerti, aku hanya ingin bekerja agar dapat membantu meringankan beban ibuku.
---0---
“Hanaaaa.........” panggil ibuku. Sepertinya dia kegirangan. Apakah dia memenangkan lotre? Ah tetapi mana mungkin ibuku ikut-ikutan pasang lotre.
“Iya, Buuu.... Sebentar Hana membilas cucian dulu,” aku membalas panggilan ibuku yang setengah berteriak itu.
“Hana, selamat ya, Na. Ibu ikut senang mendengar berita baik ini.”
Aku keheranan. Berita baik apa yang dimaksud ibuku? “Berita apa, Bu?”
“Sebentar lagi Hana, anak Ibu akan menjadi guru bahasa Indonesia,” senyumnya begitu lebar ketika mengatakan ini padaku. “Tenang saja, Na. Biar Ibu yang memikirkan biayanya. Yang terpenting Kau sekolah saja yang benar. Buat Ibumu ini bangga padamu, Na.”
Aku lemas mendengar kata-kata ibu. Aku tahu batin ibu pasti terhimpit beban yang amat berat. Ibu memang aneh.
---0---
Aku akan selalu mengingat masa-masa itu. Ketika hari wisudaku, aku mengabari ibuku yang berada nun jauh di kampung sana dengan sepucuk surat. Kuberitahukan padanya bahwa aku ditempatkan dinas di Bandung Barat, di sebuah SMP Negeri. Aku menangis terharu. Apa jadinya aku jika dulu aku bersikukuh ingin menjadi TKW saja. Aku tidak akan pernah mendapatkan semua kebahagiaan ini. Kebahagiaan karena aku bisa menggapai cita-citaku yang selalu kusembunyikan dari semua orang.
Hari ini aku bisa melihat indahnya dunia. Semua ini berkat ibuku. Aku menemukan pendamping hidup yang amat menyayangiku. Hidup bersamanya dan kedua putriku cukup bisa membuatku tersenyum sepanjang hari. Kedua putriku cerdas. Seperti ada sosok ibuku di dalam diri mereka.
Kemarin sepulang dari Wisma Haji Karawang mengantar adikku, Siti beserta suami, kusempatkan untuk mengunjungi pusara ibuku. Kupanjatkan doa untuknya. Sempat juga kutengok kamarnya, sepi..... Hanya foto berbingkai coklat tua yang membalas tangisku dengan senyum.  
Terima kasih Bu Ane, guru pertamaku, ibuku.....

Semarang, 10 April 2011