Sabtu, 18 Juni 2011

Penulis dan Penerbitan

tema postingan kali ini berdasarkan pertemuan anggota FLP Semarang di acara senam dan jalan santai yang diselenggarakan fakultas psikologi Unissula, hari Minggu lalu.
mari sekarang kita bicara mengenai penulis dan penerbitan. ^^
ketika sedang asyik berbincang-bincang mengenai rencana liburan kami ke Gunung Sindoro, tiba-tiba Kak Adi (ketua FLP Tembalang) menanyakan tentang projek novel masing-masing dari kami. baik aku maupun Kak Adi sendiri menjawab 'belum rampung'. tetapi ketika tiba giliran Mbak Putri (mahasiswa FK Unissula) menjawab sedang dalam antrian penerbitan, kami semua terperangah. wuaahhh..... hebaaatt!! akhirnya muncullah berbagai pertanyaan. salah satunya adalah pertanyaan 'bagaimana ceritanya kok bisa sampai ke penerbit dan sedang dalam proses penerbitan gitu?'
silahkan disimak cerita dari Mbak Putri...
judulnya Sujud Cinta di Masjid Nabawi. awalnya aku gak berniat untuk nulis. novel itu pun asalnya tidak akan kulanjutkan lagi kisahnya. ceritanya waktu tulisanku baru 60 halaman, laptopku dipinjam teman, lalu tanpa kuketahui ternyata temanku membaca novelku dan mengkopinya. selain itu, temanku juga mencetak novelku dan memperlihatkannya pada teman-temannya yang lain (kebetulan kami beda universitas). setelah teman-temannya membaca, tiba-tiba dia bilang padaku, "Put, teman-temanku pada nanyain lanjutan novelnya mana. maaf dulu aku gak izin dulu ngopi novelmu dari laptopmu." maka dengan terpaksa aku pun melanjutkan kembali kisah di novel itu. hingga akhirnya temanku yang mempunyai saudara di penerbitan mengusulkan agar aku mengirimkan naskahnya pada penerbit tempat saudaranya bekerja. aku gak ngerti sama sekali. maka dengan bantuan temanku itu, terkirimlah naskah novelku ke penerbit. setelah kurang dari satu bulan menunggu kabar, akhirnya aku dikabari oleh pihak penerbit bahwa novelku layak terbit. aku akan mendapatkan uang dua juta per 3000 eksemplar novel. dan sekarang uangnya sudah sampai bahkan sudah habis lagi, tapi novelnya masih dalam antrian terbit. aku benar-benar gak menyangka. soalnya itu tuh beneran cuma iseng-iseng doank...
-cerita melewati tahap lebayisasi-
ini dia cover novelnya Mbak Putri...
menurut prediksi Kak Adi sihhh... sepertinya novel Mbak Putri itu akan terbit pada bulan puasa mendatang. soalnya klop gitu dengan temanya. 
memang yaa jika Allah sudah menghendaki, semuanya pasti akan terjadi. baik itu direncanakan sebelumnya atau tidak oleh manusia. aku cuma berkomentar, "wah, Mbak, berarti Allah sudah meridhoi Mbak di jalan ini. lanjutkan, Mbak." selebihnya semoga cerita Mbak Putri di atas dapat menginspirasi dan memotivasi kita agar lebih serius lagi dalam menulis.
dari cerita di ataslah kami jadi mendiskusikan tentang penerbitan.
inilah beberapa fakta yang perku diketahui oleh para penulis pemula (seperti saya. haha.. aminn):
1. dalam pembagian keuntungan antara penerbit dan penulis itu ada yang namanya royalti, semi royalti, dan putus (penulis hanya dibayar dimuka sebagai tanda penerbit telah membeli ide yang tertuang dalam karyanya. selanjutnya penulis tidak mendapatkan keuntungan materi apa-apa lagi kecuali rasa bangga).
2. karya yang dikirim ke penerbit akan mempunyai nilai tambah dan bayaran yang plus juga jika penulis menyertakan embel-embel organisasi kepenulisan ternama yang terpercaya kredibilitasnya (contohnya seperti FLP).
3. suatu karya akan lebih menarik perhatian pembaca jika pemberi testimoninya adalah orang yang sudah terkenal dan memang ahli di bidang sastra atau kepenulisan (contohnya seperti Afifah Afra, Kang Abik, Asma Nadia, dll).
4. sebagai penulis pemula, kita harus aktif bertanya-tanya, mencari tahu sejauh mana perkembangan karya kita agar meminimalisir segala modus penipuan.
5. penulis juga bisa mengambil alih dalam proses marketing atau pemasaran. seperti dengan bedah buku individu (tanpa kehadiran penerbit), pemasaran dan promosi oleh pribadi, dll. karena faktanya jika kita hanya mengandalkan bakat 'penulis' kita, itu tidak akan membuat kita kaya. yang membuat kaya itu sebenarnya ada pada pemasarannya. jadi apa salahnya jika kita ikut andil dalam memasarkan... penulis, oke! marketing, siap!
6. surat perjanjian antara penulis dan penerbit harus diperhatikan dengan teliti. baik itu sistem pembagian keuntungannya, objek pemasarannya, percetakannya, dll. jangan sampai suatu saat kelak kita menyesal karena telah menandatanganinya. 
7. intinya walaupun sebagai penulis pemula, kita jangan terlampau polos dalam menanggapi semuanya. bersikap dewasa dan cerdas lah, kawan! ;D
semoga bermanfaat informasinya. kurangnya silahkan ditambahi.. lebihnya silahkan dikantungi oleh kantong masing-masing saja. hahaa *jayus, bukan Gayus.
happy writing all....!!! ^^

by. sii Famysa, the writer :D

Selasa, 31 Mei 2011

About 'Create The Creation'

postingan ini merupakan materi pertemuan mingguan FLP Tembalang, Sabtu, 28 Mei 2011. agendanya yaitu koreksi sinopsis projek novel kita-kita.
membuat suatu karya itu ibarat membuat anak. *beuh bahasanya kok membuat anak gitu yaa... hhoo.. maksudnya itu mungkin perencanaannya, persiapannya, prosesnya, perawatannya, dan lain-lainnya.. setelah si baby lahir, dari hari ke hari semakin tumbuh dan berkembang, kita akan bisa melihat beberapa kemiripan si anak tersebut dengan orang tuanya. baik itu dari fisik maupun sifatnya. kalau kata pepatah bilang, 'buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya'. itulah anak, dan begitu pun juga dengan karya yang kita ciptakan. karya kita merupakan cermin dari siapa sesungguhnya kita. sebaik apa karya kita, ya itulah berarti kita. contohnya dapat kita lihat sendiri pada beberapa karya, seperti novel dan cerpen. misalkan novel Ayat-ayat Cinta. novel ini sarat dengan nilai-nilai luhur agama Islam dan menunjukkan pada kita latar tempatnya. ternyata setelah kita tahu siapa pengarangnya, yaitu Kang Abik (Habiburrahman El-Shirazy), kita bisa mengerti mengapa dia bisa menuliskan semua itu pada novelnya. dengan background pribadinya yang pernah menimba ilmu di negeri Sungai Nil dan pengetahuannya tentang Islam yang luas, menghasilkan suatu karya yang dapat mewakili dirinya, mencerminkan bagaimana sosoknya yang sebenarnya. lain lagi dengan novel-novel karya Andrea Hirata, seperti Laskar Pelangi contohnya. Andrea tidak seperti Kang Abik yang menonjolkan nilai-nilai Islam, tetapi lebih banyak ke ilmu pengetahuan dan pendidikan. awal membaca Laskar Pelangi aku sedikit kagum plus bingung dengan teori-teori ilmu di dalamnya. setelah aku tahu Andrea Hirata yang berlatar belakang master of science, barulah aku mengerti. *oohh... pantesan isi novelnya banyak tentang teori-teori ilmu pengetahuan, wong dianya master of science. berbeda lagi dengan novel Don't Tell Me Anything karya Vasca Vannisa. dalam novel itu banyak menggambarkan detail-detail kostum yang dipakai tokoh-tokoh dalam cerita. pengetahuannya tentang dunia busana cukup luas. ternyata Vasca ini adalah seorang model. *pantes aja tau mode ya. orang dia model. hehe..
lain orang, lain pula karya yang dia hasilkan. sekai lagi, karya adalah cerminan dari siapa sesungguhnya kita. tanpa sadar, pembaca akan tahu sedikitnya tentang kepribadian kita hanya dengan membaca karya kita looh... *makanya jangan bikin karya yang aneh-aneh yaa (kalau tak mau dicap aneh juga)... hhoo.
hal di atas berkaitan erat dengan proses mimesis, menjadikan fakta sebagai sastra. contoh fakta: mamahku adalah seorang guru. sekarang kita akan menjadikannya sastra: mamahku adalah seorang guru di sebuah desa terpencil. dengan hanya bermodal kaki untuk terus berjalan dan semangat baja yang tak pernah pudar, mamah bisa bertahan menjadi seorang guru hingga saat ini. suatu kebanggaan aku memilikimu, Mah. *gituuu.... mengerti?? :D
dalam membuat suatu karya pun, kita harus memperhatikan dua hal berikut.
1. filosofi hidup, jika kita telah sampai ke akhir, sebenarnya itu adalah awal.
maksudnya gini deh... akhir masa-masa SD kita = awal masa-masa SMP, akhir masa-masa SMP = awal masa-masa SMA, dan seterusnya yang menunjukkan akhir dari sebuah perjalanan merupakan awal bagi perjalanan berikutnya.
perhatikan baik-baik karya-karya terbaik negeri maupun dunia. cerita pasti dikemas dengan rapih. tokoh-tokoh yang ditunjukkan di awal pasti erat kaitannya dengan akhir cerita. itu menjadikan kita mau tidak mau jika sedang membaca cerita, dan telah sampai pada penghujung cerita, membuat kta berpikir lagi tentang tokoh di awal cerita, awalnya itu kehidupannya (dalam cerita) seperti apa. contohnya dalam novel Ketika Cinta Bertasbih I. di awal kan dimunculkan Azzam dan Anna, tapi di tengah-tengah seperti tidak ada hubungannya, eeehh di akhir-akhir kok semakin nyambung saja, sampai bersatulah mereka. setelah mereka bersatu ini tentunya kita jadi teringat bagaimana awal dari cerita mereka kan? nah, itulah cerita yang bagus. tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita tidak serta-merta sebagai pemanis semata, tetapi memang harus memiliki kaitan dengan jalan cerita. jika kiranya suatu tokoh yang kita buat tidak akan terlalu berpengaruh (hanya figuran saja), lebih baik tidak usah dihidupkan tokoh seperti itu agar tidak mubazir.
2. imajinasi pembaca mesti dibela
bayangkan cerita di bawah ini...
dahulu kala ada seorang ksatria yang kejam dan bengis, suka membunuh, tidak segan-segan untuk menghukum, namun memiliki istri amat cantik jelita. suatu ketika, sang ksatria harus pergi berperang selama lebih dari satu minggu. dan pergilah dia... tanpa sang ksatria ketahui, ternyata istrinya berniat selingkuh dengan seorang prajurit selama kepergiannya. istrinya mengundang prajurit ke kamarnya malam itu. ketika mereka hendak melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya, tiba-tiba sang ksatria kembali karena pedangnya tertinggal di kamar. kagetlah sang ksatria ketika melihat seorang prajurit di kamar istrinya, hanya berdua saja. selanjutnya.............
apa yang kalian imajinasikan tentang kisah selanjutnya?? jujur jika aku sebagai pembaca, aku pasti berimajinasi sang prajurit akan mati di tangan sang ksatria. tapi ternyata penulis menuliskan kisah yang lain, tidak sesuai dengan imajinasi pembaca.
selanjutnya........ sang ksatria bertanya, "hei prajurit, sedang apa kau di kamar istriku?". dengan gagap sang prajurit menjawab, "eh ini, saya ditugaskan istri anda untuk menangkap tikus di kolong ranjangnya. katanya dia takut sedangkan anda sedang tidak ada." sang ksatria menimpali, "oh begitu... terima kasih kau sudah menolong istriku, prajurit."
apakah kalian tidak kecewa dengan lanjutan ceritanya? padahal imajinasi kita sudah menerka-nerka kejadian yang lebih seru daripada itu, tetapi penulis tidak membela imajinasi kita. *oowhh....
jujur sajalaaah!! sering sekali kan kita menemukan cerita-cerita yang akhirnya tidak sesuai seperti yang kita harapkan dan akhirnya kita kecewa, kita mengeluh 'aahh gak ramee...' dan semacamnya. itu karena penulis tidak berusaha membela imajinasi pembaca.

eh iya... ada tambahan ilmu niih...
~ di Indonesia bukan hanya ada BIN loh, tapi juga ada BIS (Badan Intelijen Sastra) *bukan bis umum loh ya awas.
~ seringkali jalan cerita novel terjemahan jauh berbeda dengan novel lokal. biasanya konflik lebih kompleks dan alur berbelit-belit, ceritanya berat. itu karena novel terjemahan tidak sesuai dengan kultur Indonesia. harus diakui novel-novel luar lebih mantap lah dalam segalanya. tapi kita jangan mau kalah tentunya dooong!!!
~ jangan tanyakan kapan aku, tapi tanyakanlah bagaimana aku. ;)
~ dakwah dan cerita bukan merupakan simbiosis mutualisme, tapi komensalisme :)
~ 3 tipe ending: open ending, sad ending, and happy ending. (open ending biasa digunakan dalam novel berseri atau novel thriller yang cerita akhirnya menggantung, menyerahkan kelanjutannya pada persepsi pembaca).

by. si Famysa, the writter :)

Selasa, 17 Mei 2011

Now Talking about : Alur


Hai, Temen-temen...
            Kali ini kita mau bahas tentang alur nih. Well seperti yang kalian tahu alur adalah pergerakan cerita terkait dengan titik waktu penceritaan dari sudut pandang atau lebih tokoh ceritanya. So, alur tuh penting banget dalam pembuatan cerita. Kalau alurnya aja kacau gimana pembaca mau meneruskan membacanya. Pembaca langsung nggak tertarik sama cerita kita. Oh ya, tau kan kalau alur itu dibagi jadi dua. Ada Flashback en Alur Maju. Beberapa cerita seperti cerita detektif lebih banyak menggunakan Flashback lho (Ini kata Kak Adi J). Tapi ada juga yang pakai Alur Maju (Kalau aku lebih banyak menemukan cerita dengan alur ini). Terus apa alasannya kok lebih banyak pakai Flashback ? Soalnya alur Flashback itu menunjukkan permasalahan di awal cerita. Kemudian baru masalah tersebut diselesaikan secara perlahan-lahan seiring berjalannya cerita. Nah, inilah yang membuat pembaca jadi semakin penasaran en akhirnya ingin melanjutkan membacanya.
            Oh ya,tau nggak temen-temen kalau dalam cerita tuh ada yang namanya main plot en submain plot. Hm...pasti pada belum tau kan? Well, oke dah bakalan di jelasin disini. Main plot itu mengarahkan cerita yang ada ke tokoh utamanya. Kalo yang ini kayaknya udah umum dipakai ya. Tapi kalo submain plot masih jarang dipakai. Submain plot itu mengarahkan cerita ke tokoh sampingan atau peran pembantu (maksudnya perannya bukan pembantu rumah tangga lho...). Biasanya juga sih tokoh sampingannya itu yang lucu atau paling nggak punya watak yang unik. Jadi pembaca lebih seneng buat membaca ceritanya. Sebenarnya dua plot ini hanyalah daya tarik agar pembaca mau membaca cerita kita. Untuk penggunaannya sih terserah kita selaku penulis. Mau pakai main plot boleh, atau mau pakai submain plot it’s up to you lah.Hehehe...

Oke, Temen-temen...cukup sampai disini yah.Kita lanjutkan minggu depan.

Selasa, 26 April 2011

IMAJINASI; Pedang Bermata Dua

 By:  Adisaputra Nazhar
Imagination is the preview of life’s coming attractions. – Imajinasi adalah gambaran kehidupan yang akan datang.” Albert Einstein.
Benar, tidak mengada-ada jika peradaban suatu bangsa ditentukan oleh kemajuan sastra, bukan sains. Ilmuwan besar sekaliber Albert Einstein pun mengakuinya, bahwa dunia "khayalan" itu yang menginspirasi penemuan-penemuan besar para Ilmuwan. Jika saja Wright Brother tidak terinspirasi oleh kisah-kisah mitos manusia bisa terbang, tidak akan ada pesawat terbang sekarang ini. Adakah inspirasi itu datang tidak dari imajinasi?
Sastra adalah pondasi peradaban, pembangunan karakter bangsa adalah peran  sastra. Indeks pembangunan manusia selalu berpatokan kepada budaya membaca. Ini yang kurang disadari oleh Indonesia. 
 Bangsa ini bangga bila ada warga negaranya pulang dari menuntut ilmu di luar negeri dengan membawa gelar Doktor sains, ia diagung-agungkan seolah harapan untuk kemajuan Indonesia ada dipundaknya. Tetapi apa yang terjadi selanjutnya, sang Doktor hanya jadi Ilmuwan yang "miskin" karya, karena di negara ini tidak ada IMAJINASI yang bisa mengolah ilmu pengetahuan sang Doktor.  Mungkin para Ilmuwan di Indonesia bingung harus berbuat apa, tidak ada yang menginspirasinya, tidak ada pula orang-orang yang berbicara tentang masa depan, imajinasi kehidupan Indonesia kedepannya tidak ada punya gambaran jelas.
Jadilah Sang Doktor tadi ketika diminta oleh Bangsa lain yang bisa berimajinasi tinggi untuk menyelesaikan proyek masa depan mereka dengan sains para Ilmuwan. Mega proyek ini bernama; "mewujudkan teknologi karya sastra yang belum ada, demi masa depan yang cerah."
Imajinasi selain membangun peradaban, imajinasi juga bisa tonggak merusak moral. Menghancurkan sendi-sendi adat istiadat dan etika di masyarakat. Imajinasi kotor yang merangsek melalui pemikiran pemikiran negatif yang akan mengendap dialam bawah sadar manusia
.
"sesungguhnya, sebagian dari prasangka itu adalah dosa". (QS:49:12)
 
Allah melarang umatnya untuk su'udzon, karena berprasangka negatif akan menghasilkan imajinasi yang negatif. Otak manusia berpikir 60.000 kali setiap hari dan 2.000.000 informasi perdetik yang bisa ditangkap. Imajinasi negatif pasti akan ada, dan itu tidak bisa kita hindari tetapi jagalah agar Imajinasi-imajinasi negatif itu tidak berubah menjadi fantasi-fantasi kotor yang bisa merusak, baik diri, keluarga maupun lingkungan.
Saat dulu heboh masalah majalah "Play Boy Indonesia", ada seorang ulama yang mengatakan; "Menghancurkan Indonesia tidak dengan menghina Nabinya, karena orang yang tidak sholat pun pasti akan marah, tetapi mereka menghancurkan dengan cara memasarkan pornografi di negara muslim terbesar di dunia ini."
Pornografi, pornoaksi dan segala bentuk ragam cabul apapun kemasannya akan merusak pemikiran generasi muda dengan selalu menghadirkan imajinasi kotor di otaknya. Jika Imanjinasi itu berlanjut menjadi fantasi, maka "karya"nya adalah free seks, pemerkosaan, hubungan diluar nikah dan lain-lain.
ini adalah efek lain dari Imajinasi yang tidak terkontrol, menjadikan  manusia selalu dikontrol oleh fantasi-fantasi dalam setiap gerak tubuhnya. Sekarang bisa dilihat, manakah yang dominan di generasi muda ini, sastra atau pornografi?
Pemerintah telah melarang pornografi, karena orang-orang yang pro dengan pelarangan ini adalah mereka yang dapat membayangkan nasib bangsa ini kedepan bila imajinasi negatif terus dicekoki dibenak kawula mudanya.

sesungguhnya sastra telah memberikan jalan untuk berimajinasi yang positif dan produktif, dengan sastra para kaum muda lebih mudah untuk diajak berpikir tentang masa depannya karena masing-masing bisa membayangkan masa depannya. Ketahuilah hubungan sebab dan akibat itu erat berkaitan dengan sastra dalam merangkai cerita.
Cintailah sastra agar dua mata pedang itu semua dibisa kita tebaskan kearah "musuh".


Nasihat Amirul Mukminin Umar bin Khaththab ra.
"Ajarkan anakmu sastra, maka ia akan merubah anak yang pengecut menjadi pemberani".

wallahu'alam bish shawab.


artiekel ini bisa dilihat juga di: http://adisaputranazhar.blogspot.com/2011/04/imajinasi-pedang-bermata-dua.html

Rabu, 20 April 2011

Jangan Remehkan Seorang Penulis

By: Chiho Yuki
“Ah,ngapain jadi penulis! Penghasilannya dikit! Males ah!”
                Kata-kata inilah yang sering dilontarkan orang-orang. Padahal guys penulis tuh nggak seperti itu. Contohnya aja nih kaya’ JK.Rowling  yang menulis novel Harry Potter. Novelnya laris manis bak kacang atom,baik itu di negaranya sendiri maupun di negara lain termasuk di Indonesia dan terus menerus dicetak ulang. Hasilnya? Dia mendadak jadi kaya hanya gara-gara menulis novel. Masih nggak percaya? Oke,dah contohnya lagi nih Habiburrahman El-Shirazy yang mendapat royalti sebesar lebih dari 1,8 Miliyar dari hasil penjualan novel Ayat-Ayat Cinta yang. Itu belum termasuk royalty untuk film-nya. Gile bener...!!
            “Kalo soal biar dapet duit banyak mah,gampang. Nggak perlu jadi penulis.
              Jadi direktur aja juga bisa kok.”
            Hmm...ya memang sih bisa. Tapi tau nggak guys kalo jadi direktur tuh ada batasannya. Nggak mungkin kan jadi direktur terus seumur hidup. Suatu saat pasti pensiun. Kalo udah pensiun kan nggak bakalan dapet duit banyak lagi (kecuali kalo pas pensiun berwirausaha yang bisa menghasilkan duit banyak hehehe...). Selain itu nggak bakalan deh ada orang bakalan mengingat-ingat nama kita kalo udah pensiun. Kalo jadi penulis? Nah,beda lagi nih. Jadi penulis tuh nggak bakalan ada batasannya. Mau masih SD atau udah jadi kakek-nenek tetep bisa. Intinya nggak ada batasan umur dah. Dan...orang biasanya akan terus mengingat nama penulis. Nggak peduli itu udah 100 tahun yang lalu ataukah baru satu tahun yang lalu.
            “Ye...kan Cuma gitu doank. Lagipula,jadi penulis itu cuma berkhayal. Nggak ada
              apa-apanya dibandingkan dengan Ilmuwan yang bisa menciptakan sesuatu en
membuat kemajuan.”
            Haduh...siapa bilang sih yang bilang kaya’ gitu?! Itu pasti yang bilang orang nggak bener tuh. Para ilmuwan bisa menemukan penemuan baru tuh justru terinspirasi dari penulis. Nah...masih pada nggak percaya kan? Nih,aku kasih contohnya. Ada yang tau Jules Verne? Dia adalah penulis novel-novel science fiction seperti : Perjalanan ke Bulan, Around the world in 80 days, dan 20.000 mil dibawah laut. Tau nggak guys,waktu novel-novel itu dibuat orang-orang merasa apa yang dituliskan di novel itu mustahil diterapkan dalam dunia nyata. Tapi,apa yang terjadi setelah bertahun-tahun. Apa yang dituliskan oleh Jules Verne menjadi nyata! Seperti novel Around The World in 80 days(novel ini juga bahkan sudah dibuat menjadi film. Dibintangi oleh Jackie Chan), yang ternyata menginspirasi para Ilmuwan untuk membuat alat transportasi yang bernama Kereta Api. Masih nggak percaya lagi? Nih, ada contohnya lagi. Ada sebuah novel yang berjudul Brave New World karya Aldus Huxley. Di dalam novel ini diceritakan bahwa manusia bukan lagi “dilahirkan”. Tetapi di “produksi” secara massal sesuai dengan kebutuhan. Embrio-embrio di bibitkan di Central London Hatchery and Conditioning Centre. Dan apa yang terjadi setelah 56 tahun novel itu dibuat? Pada tahun 1988 bayi tabung kedua lahir di Indonesia!
  Ternyata mereka juga membawa perubahan yang besar buat kita.”
            Tuh,kan. Makanya aku bilang sejak awal. Jangan remehkan seorang penulis. Dan untuk kalian para penulis,jangan merasa minder menjadi penulis. Keep Spirit!!